“saya sita azzahra. Saya pindahan
dari Bandung.” Sita yang berseragam putih abu-abu berdiri disekitar tigapuluh
orang sebayanya. Diliriknya sekeliling, orang-orang didepannya tersenyum ramah.
Membuatnya berfikir mungkin tidak akan terlalu sulit memulai adaptasi baru
disini.
“kamu boleh duduk ditempat yang
kosong nak,” kata seorang guru dengan arah pandang yang menunjukkan satu-satunya
bangku kosong ditempat itu. ia mengernyit menatap sesosok laki-laki sebagai
penghuninya. Ia terlihat sibuk menatap buku dimejanya tanpa memperhatikan
kegiatan sekitar. Dengan ragu ia berjalan mendekati arah pandangnya. Dan
setelah berhasil mendudukan diri ia memberanikan melirik ke orang disebelahnya
yang belum juga menoleh. “gue sita.” Katanya sambil mengulurkan tangannya.
Beberapa detik tapi orang yang diajak berkenalan sama sekali belum menoleh
kearahnya. “gue sita.” Ia bergumam kembali saat tidak mendapat tanggapan dari
orang disebelahnya.
“Hasby.” Katanya pelan tanpa menoleh
kearah sita.
“siapa?” tanyanya lagi, masih
mengacungkan tangan berharap uluran serupa
“Hasby” laki-laki itu masih belum
menoleh. Membuat sita mengerutkan dahi.
“siapa?” sita masih berusaha melambaikan
sebelah tangannya. Berharap dapat balasan layaknya orang berkenalan.
“MAHERZA HASBY ALFARIZY. Budeg
banget sih lo.” Sita mendadak pucat saat hasby menoleh dan mengucapkan namanya
keras-keras. Membuat semua mata anak menoleh karahnya. Sedetik kemudian
terdengar suara anak-anak yang menahan tawa. Untung saja entah sejak kapan guru
yang tadi mengantarnya lenyap tak berjejak. Ia masih menatap hasby penuh Tanya
dan masih mengulurkan tangan.
Hasby melirik tangan sita yang
terulur lalu kembali ke bacaannya, tidak memperhatikan raut wajah sita yang
kebingungan.
Bukan
salam perkenalan yang baik, katanya dalam hati. Ia menghela nafas dan
langsung mengeluarkan buku catatan saat guru kembali kekelas dan kembali
meracau didepan. Sesekali ia melirik kesamping, melihat orang yang baru saja
diketahui bernama hasby yang begitu tenang. dan setelah diperhatikan ia
berkesimpulan kalau hasby adalah tipe orang yang tidak terlalu pandai
bersosialisasi. Tapi, sesaat ia mengingat wajah yang baru saja menatapnya. tampan, ia bergumam.
Sita terpaksa ikut pindah saat
ayahnya dipindahtugaskan dikota ini. Ia sendiri sebenarnya berat meninggalkan
bandung karena ia lahir dan besar disana. terlalu banyak kenangan manis dikota
paris pan java itu. tapi mau bagaimana lagi.
Dering bel istirahat menggema
diseantero sekolah. Membuat semua anak yang terkurung dikelas menghambur keluar
kelas.
“gue boleh tau ga dimana kantinya?”
tanya sita kearah hasby saat melihat beberapa anak dikelasnya mulai berjejalan
keluar.
“kayanya gue bukan satu-satunya
orang yang ada disini deh. Jadi mending lo Tanya orang lain sana.” Suaranya
begitu enteng dan tatapannya masih ke buku bacannya. Sama sekali tidak melihat
sita yang amarahnya sudah merambat ke ubun-ubun.
Seseorang yang masih berada dikelas
itu dan duduk tak jauh dari sana mendengar percakapan mereka dan tersenyum .
“lo ikut gue aja ayo. Percuma nanya sama hasby.” Ia tersenyum mengisyaratkan
agar sita mengikutinya. Sita tersenyum sinis kearah hasby lalu mulai beranjak
dari tempat duduknya. Ia setengah berlari agar bisa mensejajarkan langkahnya
dengan laki-laki itu.
“gue ricky.” Katanya sambil
mengulurkan tangannya. Sita tersenyum lalu menjabat tangannya. “ga usah heran
ya sama hasby. Dia emang kaya gitu.” Laki-laki itu terkekeh saat mereka
memasuki gerbang hijau yang sudah dipadati siswa-siswi lain. Ricky mengedarkan
pandangannya kesekeliling ruangan besar itu. mencoba mencari meja kosong.
“emang jutek gitu orangnya?” Tanya sita
saat mereka berhasil menemukan satu meja kosong. Ricky hanya mengangguk
mengiyakan pertanyaan sita. “lo mau makan apa? Biar gue pesenin sekalian?”
sepersekian detik setelah ricky bertanya ia mengedarkan pandangannya
kesekeliling dan menjawab “bakso aja, thanks sebelumnya.” Ricky tersenyum lalu
melangkah pergi.
Ia mengarahkan pandangan
kesekeliling dan mendapati tatapan aneh dari yang orang-orang disana. mungkin
mereka sadar kalau ada anak baru disekolah mereka. Beberapa orang tampak
tersenyum ramah padanya.
Beberapa menit kemudian ricky kembali
dengan seorang wanita disebelahnya. “ta, kenalin ini siska, cewe gue.” Katanya
sambil duduk dibangku sebrang diikuti cewe manis disebelahnya. “siska.” Katanya
ramah sambil menjabat tangan sita. Setelah sita menyebutkan namannya makanan
pesanannya datang.
“pindahan dari mana ta?” Tanya siska
kearah sita yang sedang sibuk dengan makannnya. Belum sempat ia membuka mulut
ricky menjawab. “bandung” sita tersenyum melihat siska yang melirik sebal
kearah ricky. “masuk ke kelas mana?” tanyanya lagi.
“ke kelas aku.” Lagi-lagi ricky
mengambil alih bagian sita menjawab. Membuat sita tersenyum melihat raut wajah
siska yang semakin sebal sedangkan ricky terlihat cuek dan sibuk dengan garpu
dan sendok ditangannya. Bersamaan dengan itu ia melihat hasby masuk kekantin
seorang diri dan langsung duduk dipojok ruangan. Tempat yang cukup membuat sita
bisa melihat jelas kearahnya. wajahnya terlihat dingin dan tanpa ekspresi.
“hayooo… kenapa ngeliatin hasby?”
suara siska membuatnya tersadar sekaligus malu karena ketauan memperhatikan
hasby. Ia hanya terseyum kecil.
“lo udah kenalan ta sama hasby?”
Tanya siska.
“udah, udah dibentak juga malah.” Ricky
kembali buka suara dan benar-benar membuat pacarnya jengkel.
“daritadi aku tuh nanya sita. Kenapa
kamu mulu yang jawab. Kamu udah ganti nama jadi sita. Hah?” kali ini ricky
mendongkak dan menatap wajah pacarnya yang diliputi kejengkelan. Ia tertawa
melihat siska mengerucutkan bibirnya. “abis kalo denger suara kamu, aku
bawaannya mau nyaut mulu.” Ia masih terkekeh hingga akhirnya melanjutkan
makannya.
“jadi beneran lo udah dapet salam
perkenalan dari hasby?”
“udah, dia duduk disamping hasby
malah.”
“kamu bisa diem dulu gak? Kalo nggak
aku sumpel juga mulut kamu pake tisu.” Siska melirik kearah tisu dimeja lalu
membulatkan matanya kearah ricky yang tertawa dan langsung meminta maaf.
“jadi bener lo duduk disamping
hasby?” kali ini ia menatap sita yang mengangguk sambil tersenyum. Terdengar
suara siska tertawa, membuat sita menaikkan alis. “kalau begitu lo harus siap-siap
memperbanyak stok kesabaran lo.”
“emang bakal separah itu ya?” kali
ini sita mencoba bertanya apa yang sejak tadi berputar dipikirannya. Gadis
manis didepannya terlihat mengangguk lalu menengguk es teh manis dari gelasnya
sebelum akhirnya berbicara. tenang aja, sebenarnya dia baik kok. Gue
dulu satu SMP sama dia,dulu dia gaa kaya gitu. Emang sih klo liat sikap dia
kaya gitu, siapa yg mau deket sama dia. Belum deket aja udah pada kabur tuh
cewe-cewe. Tapi tenang aja, dia nggak gigit kok. Kalo lo pengen deket sama dia,
lo Cuma perlu mahamin dia, dan buat dia nyaman ada disamping lo. Dan yang perlu
lo tau Dia itu orangnya mandiri banget. Dia selalu ngerasa bisa ngelakuin
apa-apa sendiri. Makannya dia nggak begitu suka bersosialisasi kaya kita-kita.
Dia ampe dapet julukan Mr.INDEPENDENT.” siska terus mengoceh tentang hasby dan sita
hanya memperhatikannya dengan cermat tanpa ingin ketinggalan satu beritapun
tentang hasby.
Sita menimpali kata-kata siska
dengan sebuah senyuman dan kembali memusatkan perhatiannya ke mangkuk yang
isinya sudah berteriak-teriak minta dihabiskan. Sekilas ia melirik hasby yang
masih terduduk dibangkunya dipojok ruangan seorang diri. ia tidak memperhatikan
sekelilinganya bahkan mungkin ia merasa punya dunia sendiri.
bersambung ke BAB DUA