buku tamu

LETAKKAN KODE SHOUTBOX, FOLLOWBOX, DLL TERSERAH ANDA DISINI

Saturday 24 August 2013

Mr. Independent BAB SATU


            “saya sita azzahra. Saya pindahan dari Bandung.” Sita yang berseragam putih abu-abu berdiri disekitar tigapuluh orang sebayanya. Diliriknya sekeliling, orang-orang didepannya tersenyum ramah. Membuatnya berfikir mungkin tidak akan terlalu sulit memulai adaptasi baru disini.
            “kamu boleh duduk ditempat yang kosong nak,” kata seorang guru dengan arah pandang yang menunjukkan satu-satunya bangku kosong ditempat itu. ia mengernyit menatap sesosok laki-laki sebagai penghuninya. Ia terlihat sibuk menatap buku dimejanya tanpa memperhatikan kegiatan sekitar. Dengan ragu ia berjalan mendekati arah pandangnya. Dan setelah berhasil mendudukan diri ia memberanikan melirik ke orang disebelahnya yang belum juga menoleh. “gue sita.” Katanya sambil mengulurkan tangannya. Beberapa detik tapi orang yang diajak berkenalan sama sekali belum menoleh kearahnya. “gue sita.” Ia bergumam kembali saat tidak mendapat tanggapan dari orang disebelahnya.
            “Hasby.” Katanya pelan tanpa menoleh kearah sita.
            “siapa?” tanyanya lagi, masih mengacungkan tangan berharap uluran serupa
            “Hasby” laki-laki itu masih belum menoleh. Membuat sita mengerutkan dahi.
           “siapa?” sita masih berusaha melambaikan sebelah tangannya. Berharap dapat balasan layaknya orang berkenalan.
            “MAHERZA HASBY ALFARIZY. Budeg banget sih lo.” Sita mendadak pucat saat hasby menoleh dan mengucapkan namanya keras-keras. Membuat semua mata anak menoleh karahnya. Sedetik kemudian terdengar suara anak-anak yang menahan tawa. Untung saja entah sejak kapan guru yang tadi mengantarnya lenyap tak berjejak. Ia masih menatap hasby penuh Tanya dan masih mengulurkan tangan.
            Hasby melirik tangan sita yang terulur lalu kembali ke bacaannya, tidak memperhatikan raut wajah sita yang kebingungan.
            Bukan salam perkenalan yang baik, katanya dalam hati. Ia menghela nafas dan langsung mengeluarkan buku catatan saat guru kembali kekelas dan kembali meracau didepan. Sesekali ia melirik kesamping, melihat orang yang baru saja diketahui bernama hasby yang begitu tenang. dan setelah diperhatikan ia berkesimpulan kalau hasby adalah tipe orang yang tidak terlalu pandai bersosialisasi. Tapi, sesaat ia mengingat wajah yang baru saja menatapnya. tampan, ia bergumam.

            Sita terpaksa ikut pindah saat ayahnya dipindahtugaskan dikota ini. Ia sendiri sebenarnya berat meninggalkan bandung karena ia lahir dan besar disana. terlalu banyak kenangan manis dikota paris pan java itu. tapi mau bagaimana lagi.
            Dering bel istirahat menggema diseantero sekolah. Membuat semua anak yang terkurung dikelas menghambur keluar kelas.
            “gue boleh tau ga dimana kantinya?” tanya sita kearah hasby saat melihat beberapa anak dikelasnya mulai berjejalan keluar.
            “kayanya gue bukan satu-satunya orang yang ada disini deh. Jadi mending lo Tanya orang lain sana.” Suaranya begitu enteng dan tatapannya masih ke buku bacannya. Sama sekali tidak melihat sita yang amarahnya sudah merambat ke ubun-ubun.
            Seseorang yang masih berada dikelas itu dan duduk tak jauh dari sana mendengar percakapan mereka dan tersenyum . “lo ikut gue aja ayo. Percuma nanya sama hasby.” Ia tersenyum mengisyaratkan agar sita mengikutinya. Sita tersenyum sinis kearah hasby lalu mulai beranjak dari tempat duduknya. Ia setengah berlari agar bisa mensejajarkan langkahnya dengan laki-laki itu.
            “gue ricky.” Katanya sambil mengulurkan tangannya. Sita tersenyum lalu menjabat tangannya. “ga usah heran ya sama hasby. Dia emang kaya gitu.” Laki-laki itu terkekeh saat mereka memasuki gerbang hijau yang sudah dipadati siswa-siswi lain. Ricky mengedarkan pandangannya kesekeliling ruangan besar itu. mencoba mencari meja kosong.
            “emang jutek gitu orangnya?” Tanya sita saat mereka berhasil menemukan satu meja kosong. Ricky hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan sita. “lo mau makan apa? Biar gue pesenin sekalian?” sepersekian detik setelah ricky bertanya ia mengedarkan pandangannya kesekeliling dan menjawab “bakso aja, thanks sebelumnya.” Ricky tersenyum lalu melangkah pergi.
            Ia mengarahkan pandangan kesekeliling dan mendapati tatapan aneh dari yang orang-orang disana. mungkin mereka sadar kalau ada anak baru disekolah mereka. Beberapa orang tampak tersenyum ramah padanya.
            Beberapa menit kemudian ricky kembali dengan seorang wanita disebelahnya. “ta, kenalin ini siska, cewe gue.” Katanya sambil duduk dibangku sebrang diikuti cewe manis disebelahnya. “siska.” Katanya ramah sambil menjabat tangan sita. Setelah sita menyebutkan namannya makanan pesanannya datang.
            “pindahan dari mana ta?” Tanya siska kearah sita yang sedang sibuk dengan makannnya. Belum sempat ia membuka mulut ricky menjawab. “bandung” sita tersenyum melihat siska yang melirik sebal kearah ricky. “masuk ke kelas mana?” tanyanya lagi.
            “ke kelas aku.” Lagi-lagi ricky mengambil alih bagian sita menjawab. Membuat sita tersenyum melihat raut wajah siska yang semakin sebal sedangkan ricky terlihat cuek dan sibuk dengan garpu dan sendok ditangannya. Bersamaan dengan itu ia melihat hasby masuk kekantin seorang diri dan langsung duduk dipojok ruangan. Tempat yang cukup membuat sita bisa melihat jelas kearahnya. wajahnya terlihat dingin dan tanpa ekspresi.
            “hayooo… kenapa ngeliatin hasby?” suara siska membuatnya tersadar sekaligus malu karena ketauan memperhatikan hasby. Ia hanya terseyum kecil.
            “lo udah kenalan ta sama hasby?” Tanya siska.
            “udah, udah dibentak juga malah.” Ricky kembali buka suara dan benar-benar membuat pacarnya jengkel.
            “daritadi aku tuh nanya sita. Kenapa kamu mulu yang jawab. Kamu udah ganti nama jadi sita. Hah?” kali ini ricky mendongkak dan menatap wajah pacarnya yang diliputi kejengkelan. Ia tertawa melihat siska mengerucutkan bibirnya. “abis kalo denger suara kamu, aku bawaannya mau nyaut mulu.” Ia masih terkekeh hingga akhirnya melanjutkan makannya.
            “jadi beneran lo udah dapet salam perkenalan dari hasby?”
            “udah, dia duduk disamping hasby malah.”
            “kamu bisa diem dulu gak? Kalo nggak aku sumpel juga mulut kamu pake tisu.” Siska melirik kearah tisu dimeja lalu membulatkan matanya kearah ricky yang tertawa dan langsung meminta maaf.
            “jadi bener lo duduk disamping hasby?” kali ini ia menatap sita yang mengangguk sambil tersenyum. Terdengar suara siska tertawa, membuat sita menaikkan alis. “kalau begitu lo harus siap-siap memperbanyak stok kesabaran lo.”
  “emang bakal separah itu ya?” kali ini sita mencoba bertanya apa yang sejak tadi berputar dipikirannya. Gadis manis didepannya terlihat mengangguk lalu menengguk es teh manis dari gelasnya sebelum akhirnya berbicara. tenang aja, sebenarnya dia baik kok. Gue dulu satu SMP sama dia,dulu dia gaa kaya gitu. Emang sih klo liat sikap dia kaya gitu, siapa yg mau deket sama dia. Belum deket aja udah pada kabur tuh cewe-cewe. Tapi tenang aja, dia nggak gigit kok. Kalo lo pengen deket sama dia, lo Cuma perlu mahamin dia, dan buat dia nyaman ada disamping lo. Dan yang perlu lo tau Dia itu orangnya mandiri banget. Dia selalu ngerasa bisa ngelakuin apa-apa sendiri. Makannya dia nggak begitu suka bersosialisasi kaya kita-kita. Dia ampe dapet julukan Mr.INDEPENDENT.” siska terus mengoceh tentang hasby dan sita hanya memperhatikannya dengan cermat tanpa ingin ketinggalan satu beritapun tentang hasby.
            Sita menimpali kata-kata siska dengan sebuah senyuman dan kembali memusatkan perhatiannya ke mangkuk yang isinya sudah berteriak-teriak minta dihabiskan. Sekilas ia melirik hasby yang masih terduduk dibangkunya dipojok ruangan seorang diri. ia tidak memperhatikan sekelilinganya bahkan mungkin ia merasa punya dunia sendiri.

bersambung ke BAB DUA