buku tamu

LETAKKAN KODE SHOUTBOX, FOLLOWBOX, DLL TERSERAH ANDA DISINI

Monday 29 August 2016

Dia Mawarku (Bunga)

Irham tidak selalu datang setiap malam. Di akhir minggu laki-laki itu lebih sering absen mengunjungi Mawar sehingga gadis itu membunuh waktu dengan membaca buku atau mengerjakan tugas-tugas sekolahnya.
Mawar sadar bahwa Irham punya dunianya sendiri. Irham tidak harus terus-menerus mengurusi Mawar. Irham juga punya prioritas di hidupnya dan itu bukan Mawar.
From: Irham 
Jangan lupa shalat isya dulu sebelum tidur
Mawar tersenyum mendapati pesan itu di ponselnya. Pesan singkat itu berhasil merubah moodnya begitu cepat. 
Mereka memang tidak pernah punya tujuan saat liburan. Tapi Irham tau bagaimana menyenangkan hati Mawar. Irham akan datang dengan setumpuk DVD film terbaru dan mereka akan menghabiskan hari dengan maraton film. Mereka tertawa, sedih dan ketakutan dalam satu hari tergantung genre apa yang sedang mereka putar.
"Dia pacar kamu?" Tanya Mawar suatu kali saat mereka selesai menonton dan layar laptop Irham memunculkan gambar seorang wanita. "Iya, namanya Bunga." Jawabnya dengan senyum mengembang si bibirnya dan entah kenapa membuat hari Mawar terasa nyeri.
"Cantik, cocok sama kamu." kata Mawar sambil membereskan gelas dan piring yang berserakan di atas meja.
"Kamu nggak bosen libur di apartemen terus? Aku kan kasih uang jajan buat kamu. Kamu bisa pergi ke mall sama teman-teman kamu." Irham melirik Mawar yang kembali dari dapur dengan segelas jus.
"Uangnya aku tabung aja. Aku kan nggak akan terus-menerus di sini. Suatu saat aku harus pergi, kerja." Irham terdiam lalu menatap Mawar yang sudah ada di sebelahnya. 
"Kamu boleh tinggal di sini sampai kapanpun." Mawar menggeleng. "Nggak bisa, suatu saat kamu akan menikah. Dan aku harus siap hidup sendiri." Irham mengangguk. Menyadari bahwa kata-kata Mawar ada benarnya. Sebulan lagi ia akan bertunangan dengan Bunga lalu menikahinya. Satu hal yang selalu menjadi cita-citanya sejak kecil.
***
"Seberat-beratnya UN. Rintangan setelahnya jauh lebih berat. Kalau cuma UN gini kamu udah ngeluh. Gimana nanti kamu ngerjain skrispi. Ngeliat hasil kerja kamu tiap malem di coret-coret dosen, di jamin kamu harus nahan diri buat ngacak-ngacak muka dosen pembimbing saking keselnya."
Mawar tertawa lalu melihat wajah Irham yang berubah kesal. Ia tahu, karena Irham seringkali datang ke apartemen lalu meruntuki dosen pembimbingnya yang terlampau menyebalkan. Tapi Irham boleh lega karena ia hanya tinggal menunggu Sidang. Dan Mawar harus berjuang keras untuk memulai UN besok.
"Jangan lupa berdoa dan tetap tenang. Kerjain soal yang gampang dulu." kata Irham sebelum pulang.
"Kalau semua soal susah gimana?"
"Ya, coba dulu. Kalau nyerah baru lambaikan tangan ke kamera." Irham tergelak, membuat Mawar mengerucutkan bibirnya.
"Mawar pasti bisa." katanya memberi semangat. Dan itu adalah kata-kata yang terus terngiang di kepala Mawar selama mengerjakan soal ujian. Kata-kata itu bukan mantra tapi serupa doa buat Mawar. Membuatnya yakin pada diri sendiri.
***
Mawar terbangun karena suara dering telepon. Ia terduduk di ranjang dan melihat ponselnya mati tergeletak. Ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul dua belas malam lalu berjalan keluar kamar. Suara itu masih berdering dan berasal dari ruang tamu. Dan benar, ponsel Irham berdering nyaring di sofa ruang tamu. Mawar mengambilnya dan menemukan nama 'Bunga' di sana.
Irham sudah pulang dua jam yang lalu dan ponselnya tertinggal.
Ia hanya menatap benda persegi itu hinga panggilan itu mati. Ada satu pesan yang juga di kirim bunga.
Karena rasa penasaran ia memberanikan membuka pesan itu walaupun ia harus bergulat dengan jantungnya yang tiba-tiba berdetak tidak karuan.
"Happy Birthday Irham dan bla bla bla." Mawar tidak sanggup membaca lagi padahal pesan itu berderet panjang. Panggilan itu masuk lagi dan setelah mati, Mawar mengganti mode dering menjadi getar dan kembali ke kamarnya.
Irham tidak ke apartemen hari itu dan Mawar tidak punya keberanian untuk menanyakan di mana pria itu. Padahal Mawar sudah membuat kue spesial untuk Irham dan berharap Irham menyukainya. Tapi sampai tutup hari itu, tak juga ada yang mengetuk pintu apartemennya.
Mungkin Irham sibuk merayakan ulang tahunnya bersama pacarnya ataupun para sahabatnya. Ponsel Irham masih tergeletak di sofa dan ponsel itu tidak lagi bergetar.
***
Mawar dan Irham menatap layar laptop di depannya dengan cemas. Website itu menujukkan loading yang begitu lama tanda web itu mungkin di akses oleh ratusan orang diwaktu yang sama. Hingga akhirnya Mawar memekik girang saat namanya dinyatakan lulus.
"Yeaayyy." katanya sambil memeluk Irham dengan refleks. Membuat Irham membalas pelukan hangat itu dan membuat Mawar mendadak kaku. "Aku tahu kamu pasti lulus." bisik Irham tepat di telinga Mawar. Mawar melepas pelukannya dan melihat Irham tersenyum tulus.
"Jadi gimana acara perpisahannya?"
"Cuma acara prom night di hotel." kata Mawar. "Tiap siswa dapet satu undangan buat partnernya."
"Aku temenin. Tanggal berapa?"
"Dua puluh satu." Tidak langsung menanggapi, Irham malah terdiam. "Kenapa?"
"Itu hari pertunanganku sama Bunga."
Mawar tersenyum getir. "Yaudah nggak apa-apa. Aku sendiri aja." Mawar tidak seharusnya mengharapkan Irham.
***
Mawar turun dari taksi dan memasuki ballrom itu dengan gaun hitam selutut. Menyapa beberapa temannya yang tampak datang dengan pasangan mereka. Mawar hanya bisa mendesah pelan. Seharusnya ia tidak datang ke acara ini kalau tau ia hanya akan merasa kesepian dalam keramaian.
Ia menatap MC yang memulai acara. Ia duduk di bangku paling belakang dimana di kanan dan kirinya kosong karena semua orang berebut duduk di kursi depan. Ia merasakan seseorang duduk di sebelahnya tanpa berniat menoleh ia terfokus pada seseorang yang berbicara di depan.
"Kamu cantik." Suara itu terdengar tepat di telinganya. Ia menoleh dan melihat Irham tersenyum lebar di sampingnya.
"Irham, kok bisa ada di sini. Bukannya kamu..."
"Kan aku udah janji. Pria sejati selalu nepatin janjinya." kata-kata Irham memotong omongan Mawar. Mawar tersenyum dan merasakan dadanya menghangat. Ia menatap Irham yang tampak tampan dengan kemeja merah marun dibalut jas hitam dan dasi sewarna kemeja. Tampan, bisiknya dalam hati. Hingga sesuatu yang berkilauan menyita perhatiannya. Cincin. Sebuah cincin sudah tersemat di jari manis pria itu.
"Selamat ya atas pertunangan kamu." katanya setelah mengumpulkan keberanian. "Sama-sama. Aku dapat dua hadiah tahun ini. Kelulusan kamu dan pertunanganku dengan Bunga." Irham mengusap pucuk kepala Mawar. Mengalirkan rasa hangat tepat ke ulu hati Mawar.
***
Mawar belum pernah merasakan jatuh cinta sebelumnya. Dan kenyataan bahwa ia mencintai seseorang yang tidak akan pernah bisa ia miliki ternyata begitu menyakitkan.
Mendoakanmu dalam diam mengajarkanku untuk mencintai dengan tulus, ikhlas tanpa tapi. Katanya dalam hati.
Ia menatap ponselnya. Menunggu kabar dari Irham. Hari ini Irham sedang Wisuda dan Mawar hanya bisa duduk di apartemennya menantikan kabar Irham. Sejujurnya, ia ingin berada di samping pria itu di hari-hari spesialnya sebagaimana Irham selalu ada di hari-hari terbaiknya. Tapi ia sadar bahwa ia tidak akan bisa. Sekali lagi, Irham punya dunianya sendiri yang sampai kapanpun tidak akan pernah bisa ia sentuh. Kehidupan mereka berbeda, ada lapisan tipis tak kasat mata yang memisahkan dunia mereka berdua.
Mencintai Irham mengajarkannya banyak hal. Mengajarkannya arti tulus ikhlas tanpa mengharap balik, mengajarkan kesabaran yang ia dapat dari menunggu Irham yang tidak pasti dan yang pasti mengajarkannya menjadi dewasa untuk berfikir mana yang mungkin dan mana yang tidak mungkin.
"Aku cinta banget sama Bunga." kata Irham suatu kali. "Dan aku udah janji bakal nikahin dia." lanjutnya. Mawar terdiam, membiarkan sesuatu menggerus hatinya. "Kalau nanti kamu cari suami. Aku cuma punya satu pesan. Cari seseorang yang bisa mendekatkan surga kepadamu."

No comments:

Post a Comment