Penulis :
Eka Kurniawan
Genre :
Fiksi
Penerbit :
PT. Gramedia Pustaka Utama
Tebal :
242 Halaman
Cetakan
Pertama : Mei 2014
Seperti
Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas. Jangan pernah tertipu dengan
covernya yang unyu-unyu itu yah.
saya
menemukan buku ini diantara rak toko buku gramedia Blok.M. dan pernah
beberapa kali mampir di blognya si penulis, Ekakurniawan.com . Seorang
sastrawan lulusan UGM. Buku ini terbit tahun lalu dengan jarak cukup
jauh dari novel sebelumnya, Lelaki Harimau.
Di
puncak rezim yang penuh kekerasan, kisah ini bermula dari satu
peristiwa: dua orang polisi memerkosa seorang perempuan gila, dan dua
bocah melihatnya melalui lubang jendela. Dan seekor burung memutuskan
untuk tidur panjang. Di tengah kehidupan yang keras dan brutal, si
burung tidur merupakan alegori tentang kehidpan yang tenang dan
damai, meskipun semua orang berusaha membangunkannya
Seperti
dendam Rindu dibayar tuntas menceritakan keseharian Ajo kawir dan
sahabatnya, Si Tokek yang hobi berkelahi semenjak “burung” Ajo
kawir tidak bisa bangun. Ajo kawir sudah mencoba berbagai cara untuk
membuat burungya kembali seperti semula namun gagal. Mulai dari
mengoleskan cabai,menyengatnya dengan lebah, pergi ke tempat
pelacuran sampai hampir memotong burungnya dengan kapak. Burungnya
tetap teguh pada pendiriannya. Tetap tertidur tenang dan tidak ada
tanda-tanda ingin bangun.
“tidak
ada yang lebih menghinakan pelacur kecuali burung yang tak bisa
berdiri.” Hal 40
Rasa
frustasinya kembali menjadi-jadi kala ia menyukai seorang gadis,
Iteung. Iteung yang sudah kadung cinta mati sama Ajo kawir akhirnya
mau menerima kekurangan Ajo kawir.
"Apa
yang akan kau lakukan dengan lelaki yang tak bisa ngaceng?” Tanya
Ajo kawir. “aku akan mengawininya” hal 90
Mereka
menikah dan hidup bahagia
Hidupku
mungkin tidak sempurna. Aku tak memiliki kemaluan yang bisa berdiri.
Tapi aku memiliki pernikahan yang indah. Dan akan ada keluarga yang
bahagia. –Ajo kawir. Hal 114
sampai
pada kenyataan bahwa Iteung Hamil. Iteung hamil oleh laki-laki lain
dan akhirnya Ajo Kawir memutuskan untuk berekelana menjadi supir truk
Jawa-Sumatra. Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas adalah
tulisan dibelakang truk Ajo Kawir. Saat menjadi supir truk-lah Ajo
Kawir mulai meninggalkan kebiasaannya untuk berkelahi. Ia mulai bisa
menerima jika burungnya memang tidak ingin bangun. Itulah yang
akhirnya dijadikan filosofi hidupnya. Burung itu menginginkan
kedamaian juga dalam hidup Ajo Kawir. Hingga akhirnya ia mamutuskan
untuk berhenti berkelahi walaupun Si Kumbang sangat ingin berduel
dengannya ataupun saat Mono Ompong hampir mati karena berkelahi
dengan Si kumbang.
“Hidup
dalam kesunyian. Tanpa kekerasan, tanpa kebencian. aku berhenti
berkelahi untuk apapun. Aku mendengar apa yang diajarkan Si Burung”
– Ajo Kawir. Hal 123
Kenapa
saya tertarik dengan buku ini? Karena saya tau bahwa karya Eka
Kurniawan yang lain (Cantik itu luka dan lelaki Harimau) sudah di
terjemahkan ke beberapa bahasa asing. walaupun saya juga belum membaca
kedua novel itu. :D
buku
ini tidak terlalu tebal. Hanya 242 halaman dan saya selesaikan
dalam waktu dua hari. Eka Kurniawan memilih Cover yang begitu apik untuk menggambarkan isinya. burung yang tertidur pulas.
Penulis menyediakan tema yang Unik dengan latar belakang yang juga
Unik. Bayangkan saja. Bagaimana mungkin “Burung” Ajo Kawir tidak
bisa bangun hanya karena melihat Si Rona Merah di perkosa oleh dua
orang Polisi. Sesuatu yang terasa ganjil namun bisa menjadi realitas
dalam novel ini.
Eka
Kurniawan juga menyuguhkan Tokoh yang begitu berkarakter dan unik
sehingga pembaca tidak akan dibuat bingung oleh banyaknya pemain. Ajo
Kawir, Si Tokek (sahabatnya Ajo Kawir), Rona Merah, iwan Angsa, Wa
Sami, Si Macan, Iteung, Janda Muda, Budi Baik, Mono Ompong dan
nama-nama unik lainnya akan kalian jumpai di buku ini
Plot
yang dibuat secara maju-mundur-maju-mundur Cantik
membuat saya
tidak terlalu kesulitan untuk menangkap karena tiap kalimatnya dibuat
sepadat mungkin. Tidak terlalu banyak ataupun boros kata. Mudah
sekali dicerna, bahkan saya seperti membaca sebuah dongeng.
namun
yang perlu diperhatikan adalah, buku ini termasuk katagori buku
dewasa. Dibelakang buku ini akan kalian temukan angka 21+. yang
artinya hanya boleh dibaca oleh orang diatas umur 21 tahun. karena
memang dalam buku ini tersebar beberapa kata yang mungkin menurut
orang agak
kurang pantas.
“Hanya
orang yang nggak bisa ngaceng, bisa berkelahi tanpa takut mati”
Cukup
Frontal untuk dijadikan kalimat pembuka. Tapi itulah Eka
Kurniawan.Jika penulis-penulis lain mencoba mencari kata-kata yang
lebih pantas untuk menggambar sesuatu, lain halnya dengan Eka
Kurniawan. Eka kurniawan memberikan sesuatu yang terasa bebas, tidak
di tahan-tahan, tidak berusaha diperbaiki dengan bahasa halus dan
benar-benar orisinil. makannya jangan heran kalau dalam novel ini
banyak kata-kata umpatan ataupun kata-kata yang terkesan
jorok yang pastinya tidak untuk dibaca oleh anak-anak kecil.
“Kemaluan
bisa menggerakkan orang dengan biadab. Kemaluan merupaka otak kedua
manusia, seringkali lebih banyak mengatur kita daripada yang bisa
dilakukan kepala”- Ajo Kawir. Hal 126
Untuk
kalian yang hanya sekedar suka baca atau mungkin tidak suka baca tapi
iseng membaca novel ini. Mungkin kalian akan berfikir bahwa novel ini
semacam stensil murahan. Tapisaya akan bilang bahwa novel ini bagus.
Eka Kurniawan memiliki keberanian yang tidak dimiliki oleh
penulis-penulis lain mulai dari tema, tokoh dan pemilihan kata.
Eka
kurniawan menyuarakan kebebasan dalam setiap penggalan katanya. Saya
sedikit berfikir apakah editor akan tetap menerbitkan buku ini
seandainya ini bukanlah karya Eka Kurniawan yang sudah sukses dengan
Cantik Itu Luka dan Lelaki Hariamunya.?Apakah Editor perlu berfikir
panjang untuk menerbitkan buku ini tanpa merubah satupun kata dalam
buku ini?
dunia
memang tidak adil.
Dan jika kita tahu
ada cara membuatnya adil, kita layak untuk membuatnya jadi adil. –
Iwan Angsa. Hal 48
Kita
tidak bisa menghentikan seseorang dari jatuh cinta. bahkan orang yang
jatuh cinta itu sendiri. Jatuh cinta itu seperti penyakit. Ia bisa
datang kapan saja, seperti kilat dan geledek, dan bisa tanpa sebab
apapun. – Si Tokek. Hal 64
Tidak
ada yang lebih indah didunia ini jika kau bisa mati ditangan orang
yang kau cintai. –Si Tokek. Hal 83